Kamis, 08 November 2007

Telponmu di Ujung Minggu Petang

hah, akhirnya kau menelepon juga
menyapaku di ujung minggu petang
yang hampir celaka.

sungguh, menunggu telponmu
seperti puput yang kehilangan krayon lilinnya
di laci sekolahan
lalu pulang membawa genangan parit di matanya.

Aha, akhirnya kau meneleponku
menyapa di ujung minggu petang
yang melulu celaka.

kemudian kau menguruturutkan fonem
di absensi harimu pekan ini
sambil menggambar bibirku di tembok wartel
dengan krayon lilin puput yang ternyata
kau curi diamdiam dari lekukan harinya yang kosong.

setelah bibirku selesai kau gambar
kau bercerita tentang warna merah
dengan tepian hitam di bibirku
menyungut mengutukimu
yang tak segera meneleponku
di ujung petang yang lain.

“hahaha.. kau pasti akan senang melihat
gambar bibirmu, dek! yang tahan segala cuaca.”
dan aku mencoba mengunci kegelian
yang sedari tadi kau suguhkan
“diamlah, to! ini benarbenar bukan lelucon murahan
dari majalah seribuan.”

setelahnya, suaramu lindap dari telinga
mungkin menungguku
mengawinkan patahan kata.

tarikan nafas
kuluman malam
telah lumat di kaca jendela.
bersamanya kulihat gambar bibirku
dengan warna merah dan garis hitam di tepinya
lalu segera saja kubuka lebar kegelian simpananku
yang sempat mati suri.

suaramu tak terdengar lagi di sini
mungkinkah membeku di ujung eskrim vanila
kesayanganmu?(karena, kau heran mendengarku
melihat gambar bibirku)

ssst, apakah kau lupa kekasih?
bila mataku tak melihat
maka matamulah yang melihat.

suaramu tak terdengar lagi di sini
dan eskrim vanilamu diambil puput
di samping krayon lilin di meja kerja.
ia berteriak gembira.

teriakkannya terdengar sampai di sini.

motherday 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar