Jumat, 21 September 2007

Tsabit dan Bus-bus Kecil


Tsabit dan Bus-bus Kecil

;mira, trans pos, maju lancar.
dan begitulah kau memberi nama
pada besibesi dingin panjang beroda
di rak kayu kesayanganmu.

mulut lucumu lalu bercerita
tentang kau yang akan turun, naik, bergelantung
di bis tempatmu menjadi kernet kelak.
ya, seperti hidup, semua turun, naik, bergelantungan
atau kau yang kadang memegang kendali bus
dan ditemani oleh seorang wanita cantik
–seperti dalam sebuah cerpen papamu.
“wanita cantik dengan paha keju dan roti.”
Tambahmu.

tsabit, ajaklah aku ke negerimu
yang penuh bau solar, berisik dangdut
juga namanama bus yang sudah atau belum
sempat kau cipta. ajaklah aku
ke negerimu, negeri yang kau cipta tanpa alamat.

kbr, 2007

Aku Menunggu Puisimu, Manisku









Aku Menunggu Puisimu, Manisku


aku menunggu puisimu, manisku
di antara berisik gelombang radio
dan antrean panjang penelepon di ujung sana
entah ujung yang mana.

kalimat meleleh
menjadi tuak
dan kita mabuk katakata.
duh, tiap kamis yang habis dilewati
aku akan menengadah tangan
agar hari ini
menjadi sepuluh atau
seratus kali lebih lama
dari biasanya.

aku menunggu puisimu, manisku
dan kau berbisik,
“tak perlu menunggu puisiku untukmu
hanya tiap kamis, sayang.
sebab aku dan kamu
puisi yang tak habishabisnya ditulis.
percayalah. percayalah.”

agustus 2007