Rabu, 25 Juli 2007

Di Borobudur


Di Borobudur

aku membaca jejak sidartha

di antara pekat hitam batu-batu

langit mengirim tangkaitangkainya

mengering di tubuh kami

yang basah

riuh perjalanan pun menjadi

relief baru yang memahat

cadas tua penangkas waktu

berlompatan mengirim kisahkisah lalu

yang diceritakan padaku

dikurung candi tanggal

kutemukan dirimu tetap di situ

;sidartha

memetik daundaun doa

yang tangkainya telah jatuh

di tubuhmu

untukku padamu

yang tetap di situ

borobudur, 2007

Senin, 16 Juli 2007

Selamat jalan pakde Yoyok

(Jum'at, 13 Juli 2007, hari terakhir ia shalat subuh berjamaah sebelum ia menyerahkan tubuhnya pada batangan besi panjang Kereta Api. Pakde Yoyok telah pergi, pagi itu. sebuah usahanyua menjemput maut. saudaraku, untuknya, kakak dari ibuku ini, saya minta sepotong do'a, semoga Allah, Tuhan yang maha Elok menerima kehadirannya. tak ada lagi kata. segalanya telah disusun sebagai rencana dan garis nasib. pakde, selamat jalan.. selamat jalan... kami tak berani menatap tubuhmu waktu itu. tubuh yang tak lagi bisa kami kenali. tidurlah yang tenang....)


Sepotret Ungu
;
kepada paman

di hari yang kelewat subuh
kau terus saja memotretmotret
masalalu warna ungu
serta pecahan kaca jendela kian
berdebu

rajutan katakata dari mulutmu
kau tudungkan tepat di atas kepalaku
setelah sebelumnya menekan kencang
tombol blitz
yang kelewat tak mau berkilat
lalu segera menggantinya dengan
guratan kilat ludah
yang muncrat dari mulutmu

setelah potret ibu, adik dan tahu
ada di tanganmu
kau robekrobek jadi duapuluh entah limapuluh
sebagian sobekannya kau sembunyikan
di plastik bekas minuman
serta lainnya kau lempar ke udara
serupa hujan salju, menjelma kupukupu

sayang, jaring dari helaian ubanmu
tak lagi mampu menangkap si kupukupu
untuk melengkapi mim, nun, wau
di lembar akhir huruf hijaiyahmu
yang tertulis di balik potret

sungguh, aku tak pernah punya lagi
setelah kata bijak
selain; diam.

yogyakarta, 2007

Malam Dingin




Malam ini dingin, ibu
Seakan semua telah bersepakat memusuhiku
Menginjaki hati yang menyimpan kelembaban
Telah ditumbuhi jamur berbau anyir
Jamur anyir yang mengingatkanku
Pada segala kejadian busuk
Terkumpul di keranjang nasi basi

Satu, dua, tiga
Aku menghitung upah yang banyak
Menampung luka
Menempel lengket di permukaan
Sayap lalat yang rebah
Lalu berterbangan
Mengelilingi si nasi basi
Sambil berteriak,
“Hallo!!”
di sini hanya ada lalat
mencium keningku, ibu
mencuci segala rahasia
hanyut di setiap lembut udara
malam ini dingin ibu
seakan semua telah sepakat memusuhiku

2007

Sebuah Kota




hallo yogya
kukepak sayap yang hampir patah
bulubulu yang gagal tumbuh
di sengat asap
bau selokan
juga bunga dan buah busuk
mengambang memenuhi kotaku
aku datang mengunyah setiap
kilometer angkaangka serta jarum jam
yang tak mau ditahan

di sini
kau malah termangu saja
di sudut taman
daun kuning murbai
habur di pelataran
jari lentik menari
memainkan selendang lalu
melenggang kemudian
ikut gugur bersama daundaun
kuning murbai
hanya ada sambalsambal cerita
yang memerahkan pipiku yang gembil

ini kupulangkan
gambar malioboromu
yang dari kemarin kugenggam
maaf telah membentuk
lipatanlipatan
garis murung dan lupa
dinyanyikannyanyikan

ah, kau tak mau menerimanya?
sudah bosankah menyesap segala aroma?
sungguh, aku tak mau
gambar ini lagi


darimu aku belajar
mengeja ceritacerita kota
yang lebih segar dari kotaku sendiri
kubuang gambar malioboro
dan aku mulai terbang

pulang!