Rabu, 21 Januari 2009

Puisi Untuk Seorang Ayah yang Meninggalkan
Kedua Anaknya Ke Palestina

pagi hari,
saat aku harus cepatcepat menguyah roti dan
meminum teh hangatku
adakah ayah di tengah malam sedang di depan api tungku
mengaduk gandum yang sedari tadi
tak kunjung mengental?
di tenda anakanak yang matanya membesar
memegang perut sambil sesekali menenangkan tidur
saudaranya yang tak nyenyak
ibu mereka semakin rajin membaca koran
membaca banyak nama janganjangan
di sana tertera nama suaminya

sedang ibu di sini,
rajin berdoa dan mengingatkan kami untuk tak banyak
bertanya tentang kepulangan ayah
lalu aku mebaca pesan seorang kawan:

bayangkan tak ada surga, neraka, agama,
negara. tidak ada kepemilikan

(Fajar Kelana)

maka aku makin paham bahwa ada yang lebih menyakitkan
dari banyak kehilanganku

bayangkan aku seorang bocah palestina
ketika terpejam maka neraka pada seluruh batas pandangan!


Januari 2009