Jumat, 30 November 2007

Sajak Baru


Kepada Bayang

bila aku lebih cepat musnah

dari pada kau

kirimkan apa yang belum

sempat aku sampaikan pada semesta

bahwa rumah yang paling kekal

adalah kalian

dan bila aku mati kelak

akupun ingin dikubur di hati

kalian saja

bila kau lebih cepat musnah

dari pada aku

aku akan mengenangmu

sebagai kaca yang paling buram

untukku bercermin

saksi yang tak sempat disumpah

karena keburu terbunuh

oleh gelap persetubuhanku

bila aku dan kau samasama musnah

setidaknya, puisiku akan tetap abadi

yogya, 2007

Rabu, 14 November 2007

Sajak Suralaya


Suralaya

Bersama ficky. untuk pacar

pacar.aku membaca puisi

di antara awanawan

tersentuh dingin langit

dan panas bumi

terlihat kotakota

membentang desadesa

dan kurasa kita sama

kecilnya di bawah sana


pacar.aku membaca puisi

di antara awanawan

akan tertinggal suaraku sebagai tunas

di telinga hantu suralaya

dan malam ini ia merasuk disini

menjelma taman metafora


pacar.aku membaca puisi

di antara awanawan

telah kujadikan ia tanda

bahwa hurufhuruf adalah semesta

yang tak pernah selesai

dirangkai katakata


oktober 2007

Kamis, 08 November 2007

Telponmu di Ujung Minggu Petang

hah, akhirnya kau menelepon juga
menyapaku di ujung minggu petang
yang hampir celaka.

sungguh, menunggu telponmu
seperti puput yang kehilangan krayon lilinnya
di laci sekolahan
lalu pulang membawa genangan parit di matanya.

Aha, akhirnya kau meneleponku
menyapa di ujung minggu petang
yang melulu celaka.

kemudian kau menguruturutkan fonem
di absensi harimu pekan ini
sambil menggambar bibirku di tembok wartel
dengan krayon lilin puput yang ternyata
kau curi diamdiam dari lekukan harinya yang kosong.

setelah bibirku selesai kau gambar
kau bercerita tentang warna merah
dengan tepian hitam di bibirku
menyungut mengutukimu
yang tak segera meneleponku
di ujung petang yang lain.

“hahaha.. kau pasti akan senang melihat
gambar bibirmu, dek! yang tahan segala cuaca.”
dan aku mencoba mengunci kegelian
yang sedari tadi kau suguhkan
“diamlah, to! ini benarbenar bukan lelucon murahan
dari majalah seribuan.”

setelahnya, suaramu lindap dari telinga
mungkin menungguku
mengawinkan patahan kata.

tarikan nafas
kuluman malam
telah lumat di kaca jendela.
bersamanya kulihat gambar bibirku
dengan warna merah dan garis hitam di tepinya
lalu segera saja kubuka lebar kegelian simpananku
yang sempat mati suri.

suaramu tak terdengar lagi di sini
mungkinkah membeku di ujung eskrim vanila
kesayanganmu?(karena, kau heran mendengarku
melihat gambar bibirku)

ssst, apakah kau lupa kekasih?
bila mataku tak melihat
maka matamulah yang melihat.

suaramu tak terdengar lagi di sini
dan eskrim vanilamu diambil puput
di samping krayon lilin di meja kerja.
ia berteriak gembira.

teriakkannya terdengar sampai di sini.

motherday 2006