Jumat, 21 September 2007

Aku Menunggu Puisimu, Manisku









Aku Menunggu Puisimu, Manisku


aku menunggu puisimu, manisku
di antara berisik gelombang radio
dan antrean panjang penelepon di ujung sana
entah ujung yang mana.

kalimat meleleh
menjadi tuak
dan kita mabuk katakata.
duh, tiap kamis yang habis dilewati
aku akan menengadah tangan
agar hari ini
menjadi sepuluh atau
seratus kali lebih lama
dari biasanya.

aku menunggu puisimu, manisku
dan kau berbisik,
“tak perlu menunggu puisiku untukmu
hanya tiap kamis, sayang.
sebab aku dan kamu
puisi yang tak habishabisnya ditulis.
percayalah. percayalah.”

agustus 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar